Friday, November 2, 2012

Kerajinan tangan dari limbah roti tawar




Roti
tawar, siapa yang tak kenal dengan makanan ini. Hampir di setiap rumah
terutama di kota - kota besar menjadikan roti tawar sebagai salah satu
alternatif makanan yang dihidangkan di atas meja makan, terutama saat
sarapan pagi. Selain rasanya yang enak, roti tawar pun bisa
dikombinasikan dengan apapun, baik manis (selai strawbery, coklat,
kacang, mesis, dll) maupun asin (telur dadar, daging asap, keju, saus,
dll), semuanya pasti menggugah selera. Tapi apakah anda atau keluarga
anda termasuk yang tidak menyukai bagian pinggiran dari roti tawar,
lebih suka menyobeknya lalu kemudian membuangnya dan hanya memakan
bagian yang putih saja? Jika iya, coba diperhatikan sejenak.

Limbah
remahan roti tawar, bahkan roti tawar yang sudah busuk dan berjamur
rupanya bisa jadi karya seni cantik dan bernilai jutaan rupiah bahkan
ada yang mencapai puluhan juta rupiah. Nendo namanya. Nendo adalah seni
melukis dari jepang dengan memanfaatkan limbah roti tawar. Limbah yang
dimaksud adalah sisa remahan roti tawar atau roti tawar yang sudah
busuk, berjamur dan atau mengeras.

Untuk membuat adonan roti
tawar menjadi mudah dibentuk seperti tanah liat, diperlukan lotion
pelembab, lem kertas putih dan roti tawar, dengan perbandingan jumlah
yang sama banyak. Sobek - sobek roti tawar menjadi bentuk remahan kecil,
kemudian campurkan remahan roti tawar dengan lotion pelembab dan lem
kertas. Tapi untuk mencampurkannya tidak dapat sekaligus. Remahan roti
pertama dicampurkan dengan lotion pelebab, lalu uleni hingga rata.
Selanjutnya tuang lem putih sambil terus diuleni hingga kalis (tidak
lengket). Setelah itu dapat menggunakan cat minyak untuk pewarnaan. Tapi
penggunaan cat minyak cukup sedikit saja, karena dengan setetes saja
sudah dapat memberi warna yang pekat pada adonan nendo. Karena
penggunaan lem putih pada adonan nendo, membuat adonan nendo menjadi
cepat kering. Jadi jika tidak sedang dipakai, sebaiknya adonan nendo
ditutup dengan plastik.



Untuk
selanjutnya, adonan nendo dapat dibentuk dan dikreasikan sesuai dengan
keinginan. Bisa berbentuk bunga, buah atau apa saja sesuai dengan
kreativitas anda. Tahap akhir adalah memberi warna finishing, untuk
memberi efek yang lebih hidup pada karya yang telah dibuat. Misalnya
dengan efek gradasi atau bayangan. Lalu lapisi permukaan karya yang
telah dibuat dengan lem putih.

Adalah Ibu Emmy Subagyo yang
pertama kali memperkenalkan seni lukis nendo di indonesia. Bu Emmy
memang pernah tinggal di Jepang selama enam tahun, ia mengikuti almarhum
suaminya yang dinas di jepang. Dari berbagai keterampilan khas jepang
yang ada, bu emmy tertarik memilih nendo karena bahannya yang mudah
didapat dan bisa digunakan untuk membuat apa saja.

“Memang ada
macam - macam kerajinan di Jepang, tapi kalau Nendo dibuat apa saja
bisa” tuturnya saat melatih pembuatan nendo di kedai sotonya. Selain
sebagai pengajar kursus pemuatan nendo, bu emmy juga memiliki sebuah RM
Soto Karak yang berada di jalan Jend. Sudirman, Bogor. Dan di RM soto
karak itulah dia membuka kursus pembuatan nendo. Bila ingin melihat
keindahan hasil karya bu emmy, banyak terpampang di RM Soto Karak yang
dimilikinya. Salah satu yang menarik perhatian pengunjung adalah hasil
karya bu Emmy berupa lukisan sakura yang memiliki panjang satu meter
kali satu meter. Untuk membuatnya, bu emmy membutuhkan waktu selama
hampir satu tahun. Dan pada tahun 1998 salah satu lukisan nendo buatan
bu Emmy dibeli oleh orang jepang seharga 30 juta rupiah.

Dilihat
dari segi bahan, tentunya jauh lebih ekonomis bila dibandingkan dengan
menggunakan clay, yang harganya berkisar puluhan hingga ratusan ribu
rupiah per genggamnya. Tetapi dengan limbah roti tawar, tidak memerlukan
biaya yang mahal tentunya. Dan keunikan lain dari nendo ini selain
masih beraroma roti tawar, dapat bertahan hingga puluhan tahun tanpa
perlu khawatir berjamur atau dimakan semut.

Jadi, masih berniat membuang sisa remahan roti tawar anda???

sumber