Saturday, December 26, 2009

PRESENTASI BOKONG

BAB II
LANDASAN TEORI


A. Konsep Dasar
1. Presentasi Bokong
a. Pengertian
Presentasi bokong merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri.
(Prawirohardjo, 2007: 606).
Presentasi bokong adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong berada di bawah.
(Mochtar, 1998: 350).
Presentasi bokong yaitu dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu (memanjang), kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah vakum uteri atau di daerah pintu atas panggul/simfisis.
(Razak, 2009: 1-2).
b. Klasifikasi Presentasi Bokong
1) Letak bokong (Frank breech)
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.
2) Letak bokong sempurna (Complete breech)
Letak bokong dimana kaki ada di samping bokong.
3) Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech)
Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut.
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi:
1) Sakrum kiri depan (left sacrum anterior)
2) Sakrum kanan depan (right sacrum anterior)
3) Sakrum kiri belakang (left sacrum posterior)
4) Sakrum kanan belakang (right sacrum posterior)
(Mochtar, 1998: 350)
c. Etiologi
1) Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada
2) Janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil (premature)
3) Gemeli (kehamilan ganda)
4) Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus, bikornis, mioma uteri.
5) Janin sudah lama mati
6) Sebab yang tidak diketahui
(Mochtar, 1998: 351)





d. Patofisiologi

Penjelasan dari patofisiologi tersebut diatas adalah letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang. (Imadeharyoga, 2008: 3)
e. Komplikasi presentasi bokong
1) Komplikasi presentasi bokong pada ibu:
a) Pelepasan plasenta.
b) Perlukaan vagina dan serviks.
c) Endometritis.
2) Komplikasi pada janin:
a) Prolaps tali pusat.
b) Trauma pada bayi.
c) Asfiksia karena prolaps/kompresi tali pusat, pelepasan plasenta, kepala macet.
d) Perlukaan/trauma pada organ abdomen
e) Patah tulang leher
(Razak. 2009: 1)
f. Diagnosis
Menurut Mochtar (1998: 352) diagnosis letak sungsang yaitu:
1) Palpasi
Kepala teraba difundus, bagian bawah bokong, dan punggung di kiri atau kanan.
2) Auskultasi
Denyut jantung janin paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
3) Pemeriksaan dalam
Dapat diraba oss sacrum, tuber ischii, dan anus kadang-kadang kaki (pada letak kaki).
2. Konsep Fisiologi Persalinan
a. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
(Manuaba, 1998:157)
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
(Mansjoer, A., 2001: 291)
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi yang telah cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan lainnya, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
b. Bentuk Persalinan
Bentuk-bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
1) Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3) Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
(Manuaba, 1998:157)
c. Kala persalinan
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu:
1) Kala I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. Selama fase aktif, kontraksi lebih kuat dan sering.
2) Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3) Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya placenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4) Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2 jam pertama postpartum.
(Moechtar. 1998: 94).
d. Tanda-tanda permulaan persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan, dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus.
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah.
(Mochtar, R. 1998: 93).
e. Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan jelas, ada banyak faktor yang memegang peranan penting sehingga terjadi persalinan. Di bawah ini ada beberapa teori tentang penyebab timbulnya persalinan, yaitu:
1) Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2) Teori placenta menjadi tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-placenter.
4) Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan akan timbul kontraksi.
5) Induksi partus
Amniotomi: pemecahan ketuban
Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
(Mochtar, R. 1998: 92).
3. Konsep Persalinan Induksi
a. Pengertian Induksi Persalinan
Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medikasi, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, dimana pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut dikerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu.
(Wiknjosastro, 2007: 73).
Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal.
(Darmayanti, 2009 : 1)
b. Indikasi Persalinan Induksi
1) Indikasi Janin
a) Kehamilan lewat waktu.
b) Ketuban pecah dini.
c) Janin mati.
2) Indikasi Ibu
a) Kehamilan dengan hipertensi.
b) Kehamilan dengan diabetes mellitus
3) Indikasi Kontra
a) Malposisi dan malpresentasi janin.
b) Insufisiensi plasenta.
c) Disproporsi sefalopelvik.
d) Cacat rahim, misalnya pernah mengalami seksio sesarea, enukleasi miom.
e) Grande multipara.
f) Gemelli.
g) Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidramnion.
h) Plasenta previa.
(Wiknjosastro, 2007: 73-78).
4. Fisiologi Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas adalah masa pulih kembali dimulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lamanya 6-8 minggu. (Mochtar, R. 1998: 115).
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
(Wiknjosastro, 2002: 237).
b. Periode nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode:
1) Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau sewaktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
(Manuaba, 1999: 117).

c. Perubahan Fisiologis Maternal Pada Periode Pasca Partum
1) Menurut Mochtar (1998: 115)
a) Uterus secara berangsur-angsur mengalami perubahan menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus menurut Masa Involusi

Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 Minggu
2 Minggu
6 Minggu
8 Minggu Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat simfisis
Tidak teraba di atas simfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal 100 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
(Mochtar, R. 1998: 115).
Uterus menyerupai suatu buah alpukat gepeng berukuran panjang  15 cm, lebar  12 cm dan tebal  10 cm. Pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari pada bagian lain yang merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter  7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 mg diameternya 3,5 cm pada 6 minggu mencapai 2,4 cm.
(Wiknjosastro, 2002: 237).
b) Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
(1) Lochea rubra (cruentra): lochea yang terdiri dari darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban selama 2 hari pasca persalinan.
(2) Lochea sanguinolenta: lochea yang berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
(3) Lochea serosa: lochea yang berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
(4) Lochea alba: lochea yang berupa cairan putih, setelah 2 minggu.
(5) Lochea purulenta: apabila terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
(6) Locheostasis: lochea yang tidak lancar.
c) Servik
Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui oleh 1 jari.
d) Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali.
(Mochtar, R. 1998: 116).
2) Menurut Bobak, (2005: 496-502), perubahan fisiologis pada ibu post partum adalah sebagai berikut:
a) Sistem reproduksi dan struktur terkait dalam proses involusi.
(1) Uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini mulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Pada akhir tahap ke-3 persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promotorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu kira-kira sebesar grapefruit (jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000 gram.
Dalam waktu 12 jam tinggi fundus uteri mencapai ± 1 cm di atas umbilicus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke-6 pasca partum fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilicus dan simfisis pubis. Pada hari ke-9 uterus tidak dapat dipalpasi pada abdomen. Uterus yang pada waktu penuh beratnya 11 x berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi 500 gram. Satu minggu setelah melahirkan 300 gram sampai dua minggu setelah lahir. Pada minggu ke-6 beratnya menjadi 50-60 gram.
(2) Kontraksi
Selama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama ini, biasanya suntikan oksitosin secara intravena dan intramuscular diberikan segera setelah plasenta lahir.
(3) Afterpains
Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang (misal: pada bayi besar, kembar, menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
(4) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta lahir dan ketuban dikeluarkan kontraksi vaskular dan trombosis menurun dari tempat plasenta kesatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Proses penyembuhan yang unik ini memerlukan endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan inplantasi dan plasenta untuk kehamilan dimasa yang akan datang.
(5) Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir disebut lochea.
(a) Lochea rubra : mengandung darah dan debris desidua serta debris trofoblastik setelah 3-4 hari.
(b) Lochea serosa : terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit, dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayinya lahir.
(c) Lochea alba : mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum, dan bakteri.
(6) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan 18 jam pasca partum, servik memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali kebentuk semula, muara serviks yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup secara bertahap. 2 jari mugkin masih dapat dimasukkan ke dalam muara serviks pada hari ke-4 sampai ke-6 pasca partum, tetapi hanya tangki kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada akhir minggu ke-2.
(7) Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu ke-4, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita multipara.
(8) Topangan otot panggul
Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali ke bentuk tonus semula yang disebut relaksasi panggul, struktur ini terdiri atas uterus, dinding vagina posterior atas, uretra, kandung kemih dan rektum.
b) Sistem Endrokin
(1) Hormon Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human placental lactogen (hPL), estrogen, dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu post partum. (Bowes, 1991 : 1)
(2) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni dalam 27 hari setelah melahirkan, dengan waktu rata-rata 70 sampai 75 hari. Pada wanita menyusui, waktu rata-rata terjadinya ovulasi sekitar 190 hari.
(Bowes, 1991 : 2).
c) Abdomen
Apabila wanita berdiri dihari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Dalam 2 minggu setelah melahirkan dinding abdomen wanita itu akan rileks.
d) Sistem urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan.
(1) Komponen urine
Glukosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal.
(2) Diuresis Pasca partum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang terimbun di jaringan selama ia hamil.
(3) Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir.
e) Sistem Percernaan
(1) Nafsu makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi makanan ringan.
(2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
(3) Defekasi
BAB secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan.
f) Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil (estrogen, progesteron, Human Chorionic Gonadotropin, prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
(1) Ibu tidak menyusui
Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui, kadar prolaktin akan turun dengan cepat.
(2) Ibu yang menyusui
Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah posisi dari hari ke hari.
g) Sistem Kardiovaskuler
(1) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis).
(2) Curah jantung
Denyut jantung setelah melahirkan akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
(3) Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat dan pasti terjadi.
(4) Varises
Varises di tungkai dan di sekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil.
h) Sistem Neurologi
Rasa tidak nyaman neurologist yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan.
i) Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pasca partum.
j) Sistem integument
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir.
k) Sistem Kekebalan
Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubella atau untuk mencegah isoimunisasi Rh ditetapkan.
d. Perawatan Pasca Persalinan
1) Perawatan pasca persalinan adalah sebagai berikut
a) Mobilisasi
Setelah bersalin ibu harus beristirahat dengan tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi tersebut mempunyai variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka.
b) Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
c) Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya.
d) Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal.
e) Perawatan payudara
Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
(Mochtar. R, 1998: 116)
2) Perawatan pasca persalinan menurut we place (2008) adalah:
a) Mobilisasi
Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan menganjurkan ibu nifas untuk melakukan mobilisasi dini ( early mobilization ), hal ini mempunyai keuntungan yaitu:
(1) Memperlancar pengeluaran lochia
(2) Mempercepat involusi
(3) Melancarkan fungsi alat gastroinstensinal dan alat perkemihan.
(4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
b) Kebersihan Diri
(1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh / personal hygiene
(2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan ibu mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu. Dari depan ke belakang, baru membersihkan daerah anus. Nasehatkan ibu untuk membersuhkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
(3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut minimal dua kali sehari
(4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
(5) Kurang istirahat akan berpengaruh terhadap ibu, yaitu : mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan diri sendiri.
c) Istirahat
(1) Anjurkan ibu untuk beristiraht cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
(2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristiraht selama bayi tidur.
d) Gizi
(1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
(2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
(3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap harinya ( anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
(4) Tablet Fe harus diminum untuk menambah gizi setidaknya 40 hari pasca bersalin, minum kapsul vitamin A ( 200.000 ) unit, agar memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
e) Senam Nifas
Senam nifas dilakukan untuk memperlancar sirkulasi drah dan mengembalikan otot-otot yang kendur, terutama rahim dan perut yang memuai saat hamil.

Latihan senam nifas dapat diberikan mulai hari kedua misalnya:
(1) Ibu telentang lalu kedua kak ditekuk, kedua tangan ditaruh diatas dan menekan perut. Lakukan pernapasan dada dan pernapasan perut.
(2) Dengan posis yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali.
(3) Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan defakasi.
(4) Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh tumit.
(We Place, 2008: 3)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas atau istirahat
Insomnia mungkin teramati.
b. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
c. Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis (post partum blues sering terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan).
d. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke 2 dan ke 5.
e. Makan dan cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke 3.
f. Nyeri/ketidak nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai ke 5 pascapartum.
g. Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam saat kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2-3, berlanjut menjadi lochea serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal menyusui).
Payudara: produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke 3; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai.
(Dongoes, 2001: 387)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post partum normal adalah sebagai berikut:
a. Nyeri (akut) b.d trauma mekanik, edema atau pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
b. Menyusui inefektif b.d tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur atau karakteristik fisik payudara ibu.
c. Resiko tinggi terhadap cidera b.d biokimia, fungsi regilator, efek-efek anesthesia; tromboembolisme; profil darah abnormal.
d. Resiko infeksi b.d trauma jaringan dan atau kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif dan atau peningkatan pemajanan lingkungan, ruptur keluban lama, mal nutrisi.
e. Perubahan eliminasi urine b.d efek-efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan, efek-efek anesthesia.
f. Kekurangan volume cairan b.d penurunan masukan atau pergantian tidak adekuat, kehilangan cairan belebihan.
g. Kelebihan volume cairan b.d perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan pergantian cairan, efek-efek infus oksitosis, adanya HKK.
h. Konstipasi b.d penurunan tonus otot, efek-efek progesterone, dehidrasi, kelebihan analgesia, kurang masukan, nyeri perineal.
i. Menjadi orang tua b.d kurang dukungan diantara atau dari orang terdekat, kurang pengetahuan, adanya stressor.
j. Resiko tinggi terhadap koping individual tidak efektif b.d krisis maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu menjadi orang tua, kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem pendukung, persepsi tidak realistis.
k. Gangguan pola tidur b.d respon hormonal dan psikologis, nyeri atau ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan.
l. Kurang pengetahuan b.d kurang pemajanan atau mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber.
m. Koping keluarga: potensial terhadap pertumbuhan b.d kecukupan pemenuhan, kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas adaptif, kemungkinan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.
(Dongoes, 2001: 388-412)

3. Rencana Keperawatan
a. Nyeri Berhubungan Dengan Trauma Mekanis, Edema atau Pembesaran Jaringan atau Distensi, Efek-Efek Hormonal.
Hasil yang di harapkan :
1) Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi nyeri atau ketidak nyamanan dengan tepat.
2) Mengungkapkan berkurangnya nyeri.
3) Tampak rileks, rasa nyeri di tolerensi dan dapat beristirahat.
Tabel 2.2 Rencana Keperawatan Diagnosa Nyeri b.d Luka Episiotomi.

No Intervensi Rasional
1 Tentukan adanya, lokasi dan ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan dan catatan kelahiran. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
2 Inpeksi perbaikan perineum dan episiotemi. Perahatikan edema, ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan jahitan. Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan pareneal dan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjut.
3 Beri kompres pada perineum, selama 24 jam pertama setelah melahirkan. Memberi anesthesia lokal dan mengurangi edema.
4 Beri kompres panas lembab selama 20 menit, 3-4 x sehari, setelah 24 jam pertama. Meningkatkan sirkulasi pada perineum, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan.
5 Anjurkan duduk dengan otot gluteal di kontraksi di atas perbaikan episiotomi. Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stres.
6 Infeksi hemoroid pada perenium. Anjurkan penggunaan kompres es selama 20 menit setiap 4 jam,. Penggunaan kompres witch hazel , dan menaikana pelvis pada bantal. Membantu untuk mengurangi hemoroid dan varises vulva dengan meningkatkan vosokonstriksi local; menurunkan ketidaknyamanan dan gataal, memungkinkan kembalinya usus pada fungsi normal..
7 Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpain. Perhatikan factor-faktor pemberat. Selama 12 jam pertama pasca partum kontraksi uterus kuat. Ini berlanjut selama 2-3 hari selanjutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya berkurang. Factor-faktor yang memperberat afterpain meliputi multipara, overdistensi uterus, menyusui, dan pemberian preparat ergot dan oksitosin.
8 Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal di bawah abdomen dan ia melakukan teknik visualisasi atau aktivitas pengalihan. Meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa control, dan kembali memfokuskan perhatian.
9 Infeksi payudara dan jaringan putting. Pada 24 jam pasca partum, payudara harus lunak dan tidak perih, dan putting harus bebas dari pecah-pecah.
10 Anjurkan penggunaan bra penyongkong. Mengangkat payudara kedalam.
11 Beri informasi mengenai peningkatan frekuensi temuan dan mengeluarkan susu secara manual. Tindakan ini dapat membantu klien menyusui aliran susu.

13 Berikan kompres es pada area aksila payudara Meningkatkan kompres es mencegah laktasi.
14 Mengkaji klien kepenuhan kandung kemih.
Kembalinya fungsi kandung kemih normal memerlukan waktu 4-7 hari.
15 Evaluasi terhadap sakit kepala, khususnya pada anesthesia subarknoid. Kebocoran cairan corebrospinal (CSS) melalui dura kedalaman ruang ekstra dural menurunkan volume yang di turunkan untuk mendukung jaringan otak.
16 Kolaburasi berikan bromokriptin mesilat (perlodel) 2 x sehari dengan makan selama 2-3 minggu. Bekerja untuk menekan sekresi prolaktin.
17 Berkaitan analgesik 30-60 menit sebelum menyusui. Memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasit.
18 Beri seprei anastetik, saleb topical dan kompres witch hazel untuk premium bila dibutuhkan. Meningkatkan kenyamanan lokal.
19 Bantu sesuai kebutuhan injeksi salin atau pemberian “botol patch” pada sisi fungsi dural. Efektif untuk menghilangkan sakit kepala sepinal berat.
(Dongoes, 2002; 388 - 390)
b. Menyusui Inefektif b.d Tingkat Pengetahuan, Pengalaman Sebelumnya, Usia Gestasi Bayi, Tingkat Dugaan, Struktur atau Karakteristik Fisik Payudara Ibu.
Hasil yang di harapkan :
1) Mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui.
2) Mendemonstrasikan teknik-teknik efektif dari menyusui.
3) Menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan setelah menyusui.
Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Diagnosa Menyusui Inefekif b.d Tingkat Pengetahuan, Pengalaman Sebelumnya, Usia Gestasi Bayi, Tingkat Dukungan, Struktur atau Karakteristik Fisik Payudara Ibu.



No Intervensi Rasional
1 Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya. Membantu dalam mengidentefikasi kebutuhan saat ini.
2. Tentukan sistem pendukung yang tersedia pada klien dan sikap pasangan atau keluarga. Mempunyai dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman menyusui dengan berhasil.
3. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisologis dan keuntungan menyusui, perawatan puting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan faktor-faktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui. Membantu menjamin suplai susu adekuat, dan mencegah putih pecah dan luka memberikan kenyamanan, dan membuat peran ibu menyusui. Pamflet dan buku-buku menyediakan sumber yang dapat dirujuk klien sesuai kebutuhan.
4. Demonstrasi dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui. Perhatikan posisi bayi selama menyusui dan lama menyusui. Posisi yang tepat mencegah luka puting, tanpa memperhatikan lamanya menyusui,
5 Kaji puting klien; anjurkan klien melihat puting setiap habis menyusui. Identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah terjadinya luka atau pecah putting, yang dapat merusak proses menyusui.
6. Anjurkan klien mengeringkan putting dengan dengan udara selama 20 – 30 menit setelah menyusui dan memberikan preparat lanolin setelah menyusui, atau menggunakan lampu pemanas dengan lampu 40-watt ditempatkan 18 inci dari payudara selama 20 menit. Instruksikan klien menghindarai penggunaan sabun atau penggunaan bantalan bra berlapis plastik, dan mengganti pembalut bila basah atau lembab. Pemajanan pada udara membantu mengencangkan putting, sedangkan sabun dapat menyebabkan kering. Mempertahankan puting dalam media lembab meningkatkan pertumbuhan bakteri dan kerusakan kulit.
7. Instruksikan klien menghindari penggunaan pelindung putting payudara. Ini telah diketahui menambah kegagalan laktasi.
8. Berikan pelindung putting payudara khusus untuk klien menyusui dengan puting masuk atau datar. Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan latihan puting dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah dan menggunakan teknik Hoffman. Pelindung payudara, latihan, dan kompres es membantu membuat putting lebih relaksasi; teknik Hoffman melepaskan perlengketan, yang menyebabkan inversi puting.

9. Rujuk klien pada kelompok pendukung. Memberikan bantuan terus menerus untuk meningkatkan kesuksesan hasil.
10 Identifikasi sumber-sumber yang tersedia di masyarakat sesuai indikasi. Pelayanan ini mendukung pemberian ASI melalui pendidikan klien.
(Dongoes, 2002; 390 - 392)


c. Resiko Tinggi Cedera b.d Biokimia, Fungsi Regulator, Efek-Efek Anestesia, Tromboembolisme, Profil Darah Abnormal.
Hasil yang diharapkan :
1) Mendemonstrasikan perilaku untuk menurukan factor-faktor resiko/melindungi diri.
2) Bebas dari komplikasi.
Tabel 2.4 Rencana Keperawatan Diagnosa Resiko Tinggi Cedera b.d Biokimia, Fungsi Regulator, Efek-Efek Anestesia, Tromboembolisme, Profil Darah Abnormal.

No Intervensi Rasional
1 Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb) darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan. Catat tanda-tanda anemia. Anemia atau kehilangan darah mempredisposisikan pada sinkope klien karena ketidakadekuatan pengiriman oksigen ke otak.
2 Anjurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang mendapatkan anesthesia subaraknoid, yang mungkin tetap berbaring selama 6-8 jam, tanpa penggunaan bantal atau meninggikan kepala, sesuai indikasi protokol dari kembalinya sensasi/kontrol otot. Meningktkan sirkulasi dan aliran balik vena ke ekstremitas bawah, menurunkan resiko pembentukan thrombus yang dihubungkan dengan statis. Meskipun posisi rekumben setelah anestesia subaraknoid controversial, ini dapat membantu mencegah kebocoran CSS dan sakit kepala lanjut.
3 Bantu klien dengan ambulasi awal. Berikan supervisi yang adekuat pada mandi shower atau rendam duduk. Berikan bel pemanggil dalam jangkauan klien. Hipotensi ortostastik mungkin terjadi pada waktu berubah posisi dari terlentang ke berdiri diawal ambulasi, atau mungkinkarena vasodilatasi yang disebabkan oleh panas paa waktu mandi shower atau rendam duduk.

4 Biarkan klien duduk di lantai atau kursi dengan kepala diantara dua kaki, atau berbaring pada posisi datar, bila ia merasa pusing. Membantu mempetahankan atau meningkatkan sirkulasi dan pengiriman oksigen ke otak.
5 Kaji klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran kanan atas (KkaA), sakit kepala, atau gangguan penglihatan. Pertahankan kewaspadaan kejang, dan berikan lingkungan tenang sesuai indikasi. Bahaya eklampsia, karena HKK ada diatas 72 jam pascapartum, meskipun literatur menunjukan kondisi konvulsi mental terjadi selambat-lambatnya hari kelima pascapartum.
6 Catat efek-efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan. Kaji respons patela, dan pantau status pernapasan. Tidak adanya refleks patela dan frekuensi pernapasan di bawah 12x/menit menandakan toksisitas dan perlunya penurunan atau penghentian obat.
7 Inspeksi ekstremitas bahwa terhadap tanda-tanda tromboflebitis. Peningktan produk split fibrin, penurunan mobilitas, trauma, sepsis, dan ektivasi berlebihan dari pembekuan darahh setelah kelahiran memberi kecenderungan terjadinya tromboembolisme pada klien.
8 Berikan kompres panas lokal; tingkatkan tirahh baring dengan meninggikan tungkai. Merangsan g sirkulasi dan menurunkan penumpukan pada vena di ekstremitas bawah, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan.
9 Evaluasi rubella pada grafik prenatal. Kaji klien terhadap alergi pada telur atau bulu; bila ada tunda vaksin. Berikan informasi tertulis dan verbal dan daptakan informed concent untuk vaksinasi setelah meninjau ulang efek samping, resiko-resiko, dan perlunya untuk mencegah konsepsi selama 2-3 bulan setelah vaksinasi. Membantu mencegah efek-efek teratogenik pada kehamilan selanjutnya. Pemberian vaksin pada periode segera pascapartum dapat menyebabkan efek samping sementara dari atralgia, ruam,dan gejala-gajala pilek selamaperiode inkubasi 14-21 hari. Anafilaktik alergi atau respons hipersensitivitas dapat terjadi, memerlukan pemberian epinefrin.
10 Berikan MgS04 melalui pompa infuse, sesuai indikasi. Membantu menurunkan kepekaan serebral pada adanya HKK atau eklampsia.
11 Berikan kaos kaki penyokong atau balutan elastic untuk kaki bila resiko-resiko atau gejala-gejala flebitis terjadi. Menurunkan statis vena, meningkatkan aliran balik vena.
12 Berikan antikoagulan; evaluasi factor-faktor koagulasi, dan perhatikan tanda-tanda kegagalan pembekuan. Meskipun biasanya tidak diperluka, antikoagulan dapat membantu mencegah terjadinya thrombus lebih lanjut.
13 Berikan Rh0 (D) imun globulin (RhIgG) I.M dalam 72 jam pascapartum, sesuai indikasi, untuk ibu Rh negative yang sebelumnya tidak sensitive dan yang melahirkan bayi Rh positif yang tes Coombs langsung pada darah tali pusatnya negatif. Dapatkan Betke-Kleihauersmear bila transfuse janin ibu bermakna dicuriagai pada kelahiran. Dosis 300 µg biasanya cukup untuk meningkatkan lisis sel-sel darah merah (SDM) dari janin Rh positif yang dapat memasui sirkulasi ibu selama kelahiran, yang mungkin potensial menyebabkan sensitisasi dan masalah-masalah inkompabilitas Rh pada kehamilan selanjutnya. Adanya 20 ml atau lebih Rh positif dari darah janinpaa sirkulasi ibu memerlukan dosis RhIgG lebih besar.
(Dongoes, 2002; 392 - 394)
d. Resiko Tinggi Infeksi b.d Trauma Jaringan dan atau Kerusakan Kulit, Penurunan Hb, Prosedur Invasife dan atau Peningkatan Pemajanan Lingkungan, Rupture Ketuban Lama, Mal Nutrisi.
Hasil yang diharapkan :
3) Bebas dari infeksi tidak demam, urine jernih tidak pucat.
4) Mendemontrasikan teknik-teknik untuk menurunkan resiko dan meningkatkan penyembuhan.
5) Menunjukkan luka bebas dari drainage perulen.
Tabel 2.5 Rencana Keperawatan Diagnosa Resiko Tinggi Infeksi b.d Trauma Jaringan dan Atau Kerusakan Kulit.

No Intervensi Rasional
1 Kaji catatan parental dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan tertahannya plasenta. Membantu mengidentifikasi faktor-faktor psiko yang dapat mengganggu penyembuhan dan atau kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium dan memberi kecenderungan klien terkena infeksi..
2 Pantau suhu dan nadi dengan rutin sesuai indikasi; catat tanda-tanda menggigil, anoreksi, atau malaise. Peningkatan suhu sampai 1010 F (38,80 C) dalm 24 jam pertama sangat menandakan infeksi; peningkatan sampai 100,40 F (38,80 C) pada 2 hari dari 10 hari pertama pascapartum adalah bermakna.
3 Kaji kontraksitilitas uterus; perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri tekan uterus ekstrem. Fundus yang pada awalnya 2 cm di bawah umblikus, meningkat 1-2 cm/ hari. Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini, atau terjadinya nyeri tekan ekstrem, menandakan kemungkinan tertahannya jaringan plaenta atau infeksi.
4 Catat jumlah dan bau lokeal atau perubahan pada kemajuan normal rubra menjadi serosa. Lokeal secara normal mempunyai bau amis atau daging; namun, pada endometritis, rabas mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal untuk menunjukan kemajuan normal dari rubra menjadi serosa sampai alba..
5 Evaluasi kondisi puting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan, atau nyeri tekan. Anjurkan pemeriksaan rutin payudara. Tinjau perawatan yang tepat dan teknik pemberian makan bayi. Terjadi pecah-pecah pada putting menimbulkan potensial resiko mastitis.
6 Infeksi sisi perbaikan episiotemi setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada garis sutura (kehilangan perlekatan), atau adanya laserasi. Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat mencegah penyebaran pada jaringan. uterus.
7 Perhatikan frekuensi atau jumlah berkemih. Statis uninarius meningkat resiko terhadap infeksi.
8 Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sistitis. Gejala ISK dapat pada tampak hari ke 2-3 pasca partum karena naiknya infeksi.
9 Frekuensi, golongan atau di suria. Traktus dari utera ke kandung kemih dan kemungkinan ke ginjal.
10 Anjurkan perawatan perineal dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3-4 x sehari atau setelah berkemih dan defekasi. Anjurkan klien mandi setiap hari dan ganti pembalut perineal sedikitnya setiap 4 jam, dari depan kebelakang. Pembersihan sering dari depan kebelakang membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vagina atau uretra. Mandi rendam duduk etaupun rendam merangsang sirkulasi perineal an meningkatkan pemulihan.
11 Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut yang kotor, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat. Diskusikan dengan klien pentingnya kontinuitas tindakan ini setelah pulang. Membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.
12 Kaji setatus nutrisi klien. Perhatikan tampilan rambut, kuku, kulit, dan sebagainya. Catat berat badan kehamilan dan penambahan berat badan prenatal. Klien yang berat badanya 20% di bawah berat badan normal, lebih rentan pada infeksi pascapartum dan mungkin mempuyai kebutuhan diet khusus terhadap protein, zat besi, dan kalori.
13 Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin c dan zat besi. Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000 ml/hari. Protein membantu meningkatkan proses penyembuhan dan regenerasi jaringan baru dan mengatasi kehilangan bati paa waktu melahirkan. Zat besi perlu untuk sintesus hemoglobin. Vitamin C memfasilitasi basosrbsibesi dan perlu untuk sintesis dinding sel. Peningkatan cairan membantu mencegah stasis urin dan masalah-masalah ginjal.
14 Tingkatan tidur dan istirahat. Menurunkan laju metabolisme dan memungkinkan nutrisi dan oksigen untuk proses pemulihan.
15 Kaji jumlah sel darah putih. Peningkatan jumlah spd pada 10-12 hari pertama pasca partum.
16 Kolaburasi berikan bromokiptin mesilat.
(parlodel) 2 x sehari dengan makan selama 2-3 minggu. Bekerja untuk menekan sekresi prolaktin.
17 Berikan metilergonovin meleat setiap 3-4 jam sesuai kebutuhan. Membantu mengembalikan kontraksi miometrium dan involusi uterus.
18 Bantu dengan atau dapatkan kultur dan vagina, serum dan sisi perbaikan episiotomi sesuai indikasi Untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan menentukan anti biotic yang tepat.
19 Anjurkan klien menggunakan krim antibiotic pada perineum, sesuai indikasi. Memberantas organisme infeksius lokal.
20 Dapatkan spesimen urine bersih untuk analisis rutin. Retendi urine, bakteri yang masuk melalui kateterisasi atau trauma kandung kemih selama kelahiran.
21 Berikan antipiretik setelah kultur di dapatkan. Bila di bersikan sebelum identifikasi proses identiufikasi, antipiretik dapat menutupi tanda-tanda dan gejala-gajala yang perlu untuk membedakan diagnosa.
22 Berikan antibiotic spectrum luas sampai laporan kulturdi kembalikan, kemudian ubah terapi sesuai induksi. Mencegah infeksi dari penyebaran ke aliran darah.
23 Hubungi agensi-agensi komunitas yang tepat seperti pelayanan perawat yang berkunjung, untuk evaluasi diet, program antibiotic, kemungkinan komplikasi dan kembali untuk memeriksa medis. Adanya infeksi pasca partum membuat klien lemah sehingga membutuhkan banyak istirahat, pantauan yang ketat, dan bantuan perawatan diri.
(Dongoes: 2002; 394 - 397)
e. Perubahan Eliminasi Urine b.d Efek-Efek Hormonal, Trauma Mekanis, Edema Jaringan, Efek-Efek Anestesia.
Hasil yang di harapkan :
1) Mendemontrasikan kedekatan perilaku dan ikatan yang tepat.
2) Mulai secara aktif mengikuti tugas perawatan baru lahir.
Tabel 2.6 Rencana Keperawatan Diagnosa Perubahan Eliminasi Urine b.d Efek-efek Hormonal, Trauma Mekanis, Edema Jaringan, Efek-Efek Anestesia.

No Intervensi Rasional
1 Kaji masukan cairan dan urine terakhir. Catat masukan cairan intrapartal dan haluaran urin dan lamanya persalinan. Pada periode pasca partal awal, kira-kira 4 kg cairan hilang melalui urin dan kehilangan tidak kasat mata, termasuk diaforesis. Persalinan yang lama dan penggantian cairan yang tidak efektif dapat mengakibatkan dehidrasi dan menurunkan haluaran urin.
2 Palpasi kandung kemih. Pantau tinggi fundus dan lokasi, serta jumlah aliran lochea. Aliran plasma ginjal, meningkatkan 25 -50 % selama periode prenatal, tetap tinggi pada minggu pertama pascapartum, mengakibatkan peningkatan pengisian kandung kemih. Distensi kandung kemih, yang dapat dikaji dengan derajat perubahan posisi uterus menyebabkan peningkatan relaksasi uterus dan aliran lochea.
3 Perhatikan adanya edema atau episiotomi, dan jenis anestesia yang digunakan. Trauma kandung kemih atau edema dapat mengganggu edema, dapat mengganggu berkemih; anestesia dapat mengganggu sensasi penuh pada kantung kemih.
4 Tes urine terhadap albumin dan aseton. Bedakan antara proteinuria karena HKK dan yang karena proses normal. Proses katalitik di hubungkan dengan involusi uterus dapat mengakibatkan proteinuria (+1) pada 2 hari pertama pascapartum. Aseton dapat menandakan dehidrasi yang dihubungkan dengan persalinan lama dan atau kelahiran.
5 Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam pascapartum, dan setiap 4 jam setelahnya. Bila kondisi memugkinkan, biarkan klien berjalan ke kamar mandi. Alirkan air hangat di atas perineum, alirkan air kran, dan tambahkan cairan yang mengandung pepermin ke dalam bedpan, atau biarkan klien duduk pada waktu rendam duduk atau gunakan shower air hangat, sesuai indikasi. Variasi intervensi keperawatan mungkin perluUntuk merangsang dan memudahkan bekemih.
6 Intruksikan klien untuk melakukan latihan kegel setiap hari setelah efek anastesia berkurang. Latihan kegel 100 x/ hari meningkatkan sirkulasi perineum, membantu menyembuhkan dan memulihkan tonus otot pubokoksigeal, dan mencegah atau menurunkan inkontins stres
7 Anjurkan minum 6-8 gelas cairan/ hari. Membantu mencegah statis atau dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang waktu melahirkan.
8 Kaji tanda-tanda ISK. Masuknya bakteri dapat memberi kecenderungan klien terkena ISK.
9 Katerisasi. Untuk mengurangi distensi kandung kemih.
10 Dapat specimen urine. Adanya bakteri dan sentifitas positif adalah diagnosis untuk ISK.
11 Pantau hasil tes laboratorium. Klien yang telah mengalami HKK gangguan ginjal dapat menetap.
(Dongoes, 2002; 397 - 399)
f. Kekurangan Volume Cairan b.d Penurunan Masukan atau Pergantian Tidak Adekuat, Kehilangan Cairan Kelebihan.
Hasila yang di harapkan :
Tetap nonmortensif dengan masukan cairan dan saluran urine seimbang, dan Hb atau Ht dalam kadar normal.
Tabel 2.7 Rencana Keperawatan Diagnosa Kekurangan Volume Cairan b.d Penurunan Masukan atau Pergantian Tidak Adekuat, Kihilangan Cairan Berlebihan.

No Intervensi Rasional
1 Catat cairan pada waktu kelahiran; tinjau ulang riwayat intrapartal. Potensial hemoragi atau Kehilangan darah berlebihan pada waktu kelahiran yang berlanjut pada periode pasca partum dapat berakibat dari persalinan yang utama, stimulasi oksitosin, tertahannya jaringan, uterus overdistensi, atau anestesia umum.
2 Evaluasi lokasi dan kontraktilitas fundus uterus, jumlah lokhia vagina, dan kondisi perineum setelah 2 jam pada 8 jam pertama, bila tepat, kemudian setiap 8 jam selama sisa waktu di rumah sakit. Catat pemberian obat-obatan, seperti MgSO4, yang akan menyebabkan relaksasi uterus. Diagnosa yang berbeda mungkin di perlukan untuk menentukan penyebab kekurangan cairan dan protocol asuhan. Uterus yang relaks atau menonjol dengan peningkatan aliran lokhia dapat diakibatkan dari kelelahan miometrium atau tertahannya jaringan plasenta. Segera setelah kelahiran, fundus harus keras dan terlokasisi pada umbilikus, dan kemudian involusi kira-kira satu buku jari per hari.
3


4
Dengan perlahan masase fundus bila uterus menonjol.

Perhatikan adanya rasa haus; berikan cairan sesuai teleransi. Merangsang kontraksi uterus dapat mengontorl pendaharahan.
Rasa haus mungkin merupakan cara hemoestatis dari penggantian cairan melalui peningkatan dan relaksasi fundus.
5 Evaluasi status kandung kemih; tingkatkan ppengosongan bila kandungan kemih penuih. Kandung kemih penuh mengganggu kontraktilitas uterus dan menyebabkan perubahan posisi dan relaksasi fundus.


6 Pantau suhu. Peningkatan suhu memperberat dehidrasi; bila suhu 100,40 F (38oC) pada 24 jam pertama setelah kelahiran dan terulang selama 2 hari, ini mungkin menandakan infeksi.
7 Pantau nadi. Taki kardi dapat terjadi, memaksimalkan sirkulasi cairan, pada kejadian dehidrasi atau hemoragi.
8 Kaji tekanan darah (TD) sesuai indikasi. Peningkatan tekanan darah mungkin karena efek-efek otot vasopresor oksitosis atau terjadinya HKK yang baru atau sebelumnya. Penurunan TD mungkin tanda lanjut dari kehilangan cairan berlebihan, khususnya bila disertrai dengan tanda-tanda lain atau gejala-gejala syok.
9 Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infus I.V., atau sampai pola berkemih normal terjadi. Membantu analisa keseimbangan cairan dan derahat kekurangan.
10 Evaluasi kadar Hb atau Ht. pada catatan pranatal, bandingkand engan kadar pascanatal. Hb atau Ht kembali normal dalam 3 hari. Hb tidak boleh turun dari 2 g/100 ml kecuali kehilangan darah berlebihan. Peningkatan kadar Ht kembli normal pada hari ketiga sampai ketujuh pascapartum.


11 Pantau pengisian payudara dan suplai ASI bila menyusui. Klien dihedrsi tidak mampu menghasilkan ASI adekuat.
12 Ganti cairan yang hilang dengan infus IV. Yang mengandung elektrolit. Membantu menciptakan volume darah sirkulasi dan menggnatikan kehilangan karena kelahiran dan diaforesis.
13 Berikan produk ergot seperti ergonovine maleate (Methergine) secara parenateral atau oral, atau berikan preparat oksitosin sinresis I.M./I.V. (Syntocinon, Pitocin). Kaji TD sebelum pemberian preparet ergot; tanda obat-obatan dan beri tahu dokter bila TD meningkat. Produk ini bekerja secara lansung pada miometrium untuk meningkatkan kontraksi. Ergot adalah vasokontriktor, dapat menyebabkab hipertensi dan harus ditunda bila TD 140/90 mm Hg atau lebih tinggi.
14 Lakukan kecepatan cairan IV. Seperti larutan Ringer laktat dengan oksitosin 10 sampai 20 unit. Oksitosin (Pitocin) mungkin diperlukan untuk menstimulasi miometrium bila perdarahan berlebihan menetap dan uterus gagal untuk kontraksi. Pendarahan menetap pada adanya fundus kuat dapat menandakan laserasi dan kebutuhan terhadap penyelidikan lanjut.
(Dongoes, 2002; 399 - 401)


g. Kelebihan Volume Cairan b.d Perpindahan Cairan Setelah Kelahiran Plasenta, Ketidaktepatan Pergantian Cairan, Efek-Efek Infus Oksitosis, Adanya HKK hasil yang di harapkan :
Menunjukkan TD dan nadi dalam batas normal, bebas dari edema dan gangguan penglihatan dengan bunyi nafas bersih.
Tabel 2.8 Rencana Keperawatan Diagnosa Kelebihan Volume Cairan b.d Perpindahan Cairan Setelah Kelahiran Plasenta, Ketidak Tepatan Pergantian Cairan, Efek-efek Infuse Oksitotis, Adanya HKK.


No Intervensi Rasional
1 Tinjau ulang riwayat HKK, prenatal dan Interpratal, perhatikan peningkatan TD, protenuria, dan edema. Membantu menentukan kemungkinan kompikasi supaya yang menetap/terjadi pada periode pasca partum.
2 Pantau tekanan darah dan nadi. Auskultasi bunyi napas, perhatikan batuk berdahak,bising (rales), atau ronki. Perhatikan adanya dispnea atau stridor. Kelebihan beban sirkulasi dimanevestasikan dengan peningkatan tekanan darah dan nadi, dan Peningkatan TK dapat juga dihubunhkan dengan HKK dan retensi cairan berkenaan dengan infus oksitosin.
3 Pantau masukan cairan dan haluran urin; ukur berat jenis,. Menandakan kebutuhan cairan/kekuatan terapi.
4 Kaji adanya lokasi dan adanya edema. Pantau tanda-tanda kemajuan edemi (mis., gangguan penglihatan, hiprreleksia, klonus, nyerii KkaA, dan sakit kepala). (catatan : Kaji sakit kepala sebelum memberikan analgetik). Bahaya eklamsia atau kejang dapat terjadi secara aktual. Selambat-=lambatnya 5 hari setelah kelahiran. Obat-obatan dapat menutupi tanda-tanda sakit kepala yang disebabkan oleh edemi serebral.
5 Tes terhadap adanya proteinuria dengan dipstik setiap 4 jam. Proteinurea pasca partum 1 + adalah normal, karena proses katalitik involusi uterus. Kadar 2+ atau lebih besar mungkin dihubungkan dengan spasme glomerulus karena HKK.

6 Evaluasi keadaan neurologist klien. Perhatikan hiperrefleksia, peka rangsang, atau perubahan kepribadian. Intoksitsasi serbal adalah indikator awal dari kelebihan retensi cairan.
7 Biarkan klien memantau berat badan setiap hari, khususnya bila toksemia pascapartum terjadi. Klien kehilangan 5 kg saat melahirkan dapat dianggap karena bayi, produk konsepsi, urin, dan kehilangan tidak kasat mata, dan 2 kg lebih pada periode pascapartum melalui perpindahan cairan dan elektrolit.
8 Catat tes hasil urat, protein 24 jam dan klirens kreatinin, dan kadar kreatinin serum. Hasil normal, seperti peningkatan asam urat. (lebih besar 7 mg/100 ml) dan peningkatan kadar kreatinin, menandakan deteriorasi fungsi ginjal.
9 Pasang kateter indwelling sesuai indikasi. Untuk memantau urin setiap jam bila dibutuhkan oleh kondisi klien (mis, HKK berat atau oliguria).
10 Evaluasi terhadap sindrom HELP (hemolisis) SDM, peningkatan kadar enzim hepar, dan penurunan jumlah trombosit. Sindrom HELLP dan akibat pasca partum potensial dari HKKss dengan keterlibatan hepar atau hemoragi pembuluh darah hepatik.
11 Berikan monitol pada adanya HKK pada penurunan urine. Untuk klien dengan HKK, ancaman gagal ginjal, atau oliguria, manitol bekerja sebagai diuyretik osmotik untuk mengalirkan cairan kedalam area vaskular dan meningkatkan aliran plasma ginjal dan haluran urin.
(Dongoes,200; 401 - 403)
h. Konstipasi bd Penurunan Tonus Otot, Efek-Efek Progesterone, Dehidrasi, Kelebihan Analgesia, Kurang Masukan, Nyeri Perineal.
Hasil yang di harapkan :
Melakukan kembali kebiasaan defekasi yang biasanya atau optimal dalam 4 hari setelah melahirkan.
Tabel 2.9 Rencana Keperawatan Diagnosa Konstipasi b.d Penurunan Tonus Otot, Efek-efek Infus Progrestorone, Kelebihan Analgesia, Kurang Masukan Nyeri Perineal.

No Intervensi Rasional
1 Auskultasi adanya bising unsur. Perhatikan kebiasaan pengosongan noormal atau diastrasis rekti. Mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastasis rekti berat (pemisahan dari dua otot rektus sepanjang garis median dari dinding abdomen) menurunkan tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama pengosongan.
2 Kaji adanya hemoroid. Berikan informasi tentang memasukan kembali hemoroid ke dalam kanal anorektal dengan jari dilumasi atau dengan sarung tangan, dan berikan kompres es atau kompres witch hazel atau krim anestetik lokal. Menurunkan ukuran hemoroid, menghilangkan gatal-gatal dan ketidaknyamanan, dan meningkatkan vasokontriksi lokal.
3 Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar, peningkatan cairan, dan upaya untuk membuat pola pengosongan nornal. Makanan kasara (mis., buah-buahan dan sayuran, khususnya dengan biji dan kulit) dan peningkatan acairtan menghasilkan bulk dan Merangsang eliminasi.
4 Anjurkan peningkatan tingkat aktifitas dan ambulasi, sesuai toleransi. Membantu peningkatan peristaltic.
5 Kaji episiotemi; perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan jaringan. Edema berlebihan atau trauma perineal dengan laserasi derajat ketiga dan keempat dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan mencegah klien dari merelaksasi perinium selama pengosongan karena takut untuk terjadi cedera selanjutnya.
6 Berikan laksatif, pelunak fases, enema. Mungkin perlu untuk meningkatkan Untuk kembali ke kebiasaan difikasi normal dan mencegah mengejan selama pengosongan.
(Dongoes, 2002; 403 - 404)

i. Perubahan Menjadi Orang Tua b.d Kurang Dukungan Di Antara atau Dari Orang Terdekat, Kurang Pengetahuan, Adanya Sensor.
Hasil yang di harapkan :
1) Mengungkapkan masalah dan pernyataan menjadi orang tua.
2) Mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realitas.
3) Cara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir dengan tepat.
4) Mengidentifikasi ketersediaan sumber-sumber.



Tabel 2.10 Rencana Keperawatan Diagnosa Perubahan Menjadi Orang Tua b.d Kurang Dukungan di Antara atau Dari Orang Terdekat, Kurang Pengetahuan, Adanya Stressor.


No Intervensi Rasional
1 Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan., ketersediaan sumber pendukung, dan latar belakang budaya. Mengidentifikasi faktor-faktor resiko potensial, dan sumber-sumber pendukung, yang mempengaruhi kemampuan klien/pasangan untuk menerima tantangan peran menjadi orang tua.
2 Perhatikan respon klien atau pasangan terhadap kelahiran peran dan menjadi orang tua. Kemampuan klien untuk beradaptasi positif untuk menjadi orang tua mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat.
3 Mulai asuhan keperawatan primer untuk ibu dan bayi saat di unit. Meningkatkan keperawatan berpusat kepada keluarga, kontinuitas dan asuhan yang diberikan secara individu, serta mungkin memudahkan terjadinya ikatan keluarga positif.
4 Evaluasi sifat dari menjadi orang tua secara emosional dan fisik yang pernah dialami klien/pasangan selama masa kanak-kanak. Peran menjadi orang tua di pelajari, dari indivdiu memakai peran orang tua mereka sendiri menjadi modal peran. Yang mengalami pengaruh negatif atau menjadi orangtua yang buruk berisiko besar terhadap yang merasakan menjadi orang tua positif.
5 Kaji keterampilan komunikasi interpersonal pasangana dan hubungan mereka satu sama lain. Hubungan yang kuat dicirikan dengan komunikasi yang jujur dan keterampilan mendengar interpersonal yang baik membantu mengembangkan pertumbuhan.
6 Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalinan, adanya komplikasi, dan peran pasangan pada persalinan. Persalinan lama dan sulit, dapat secara sementara menurunkan energi fisik dan emosional yang perlu untuk mempelajari peran menjadi ibu dan dapat secara negative mempengaruhi menyusui.
7 Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi prenatal, intranatal, atau pascapartal. Kejadian seperti persalinan praterm, hemoragi, infeksi, atau adanya komplikasi ibu dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien, menurunkan kemampuannya untuk belajar keterampilan menjadi orangtua baru dan mengurangi kedekatannya pada bayi baru lahir.
8 Evaluasi kondisi bay, komunikasikan dengan staf perawatan sesuai indikasi. Perhatikan adanya masalah atau perhatian khusuk. Ibu sering mengalami kesedihan karena mendapati bayinya tidak seperti bayi yang diharapkannya. Masalah-masalah emosional dan ketidakmampuan untuk menilai peran menjadi orangtua dengan positif mungkin akibat dari kecacatan kelahiran sementara pada bayi, kelahiran bayi beresiko tinggi, atau ketidakmampuan ibu untuk menemukan perbedaan antara fantasi prenatal dan realitas pascanatal.
9 Berikan Neonatal Perception Inventory (NPI, Bagian I dalam 2 hari pertama pascapartum. Atur untuk Inventory tindak lanjut, Bagian II untuk diberikan pada 1 bulan pascapartum. NPI mengkaji potensi adaptif dari pasangan ibu-bayi dengan mengevaluasi persepsi ibu terhadap bayi kebanyakan versus bayinya sendiri. Alat ini membantu terutama dalam mengkaji remaja yang potensi menjadi ibu, yang sering berfantasi tentang perilaku dan kemampuan bayi, dan yang mungkin tidak dapat mengatasi stressor dari merawat bayi baru lahir secara positif. Inventaris ini memberikan hubungan bermakna secara statistic diantara indikasi-indikasinyua dalam 1 bulan dan perkembangan emosional terhadap anak-anak pada usia 4 ½ tahun dan berlanjut pada usia 10 sampai 11 tahun.
10 Pantau dan dokumentasikan interaksi klien/pasangan dengan bayi. Catat adanya perilaku ikataqn (pengenalan); membuat kontak mata, menggunakan suara nada tinggi dan posisi berhadapan, memanggil bayi dengan namanya, dan menggendong bayi dengan dekat. Tentukan latar belakang budaya keluarga. Beberapa ibu atau ayah mengalami kasih saying bermakna pada pertama kali; selanjutnya, mereka dikenalkan pada bayi secara bertahap. Bayi dan orangtua yang tidak mengembangkan kedekatan positif berisko terhadap penyiksaan fisik atau emosional. Latar belakang budaya sering menentukan tipe ikatan dan perkenalan.
11 Berikan “rawat bersama”/ruang fisik dan privasi untuk kontak diantara ibu, ayah, dan bayi. Memudahkan kedekatan; membantu mengembangkan proses pengenalan.
12 Anjurkan pasangan/sibling untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan berpartisipasi pada aktivitas perawatan bayi sesuai izin. Bila bayi tetap di rumah sakit untuk observasi atau prosedur-prosedur, berikan nomor telepon ruang perawatan bayi khusus, ambil foto bayi untuk pasangan. Membantu meningkatkan ikatan dan mecegah putus asa. Menekankan realitas keadaan bayi.
13 Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar. Banyak faktor mempengaruhi belajar individu.
14 Berikan kesempatan pendidikan formal dan informal diikuti dengan demonstrasi staf, bantuan staf, dan videotape pendidikan untuk perawatan bayi, pemberian makanan bayi. Membantu orangtua belajar dasar-dasar perawatan bayi, meningkatakan diskusi dan pemecahan masalah bersama, dan memberikan dukungan kelompok. Bantu orangtua untuk menjadi lebih nyaman dan menambah keterampilan dan kenyamanan dalam menangani dan merawat bayi sebelum pulang.
15 Biarkan klien mendemonstrasikan perilaku yang dipelajari berkenaan dengan pemberian makan bayi dan perawatan. Berikan informasi tertulis dan nomor telepon orang yang dapat dihubungi untuk dibawa klien pulang. Membantu menguatkan program penyuluhan dan mencegah ansietas terhadap pertanyaan yang tidak dijawab, khususnya bila keluarga adalah bagian dari program pemulangan awal atau bila kelahiran dilakukan pada tempat kelahiran alternative.
16 Lakukan hubungan telepon tindak lanjut kunjungan rumah oleh perawat primer, bila mungkin, pada 1 minggu, dan pada minggu ke4 sampai ke-6 pascapartum. Beberapa pusat maternitas sekarang meliputi tindak lanjut tersebut, khususnya untuk remaja atau keluarga yang beresiko tinggi untuk masalah menjadi orangtua.
17 Rujuk pada kelompok pendukung komunitas, seperti pelayanan perawat yang berkunjung, pelayanan sosial, kelompok menjadi orangtua, atau klinik remaja. Membantu meningkatkan peran menjadi orangtua yang positif melalui kelompok pendukung dan pengalaman pemecahan masalah bersama. Ramaja, terutama, mendapat keuntungan dari dukungan ini.
Rujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi terhadap masalah menjadi orangtua atau bila ikatan positif diantara klien/pasangan dan bayi tidak terjadi. Perilaku menjadi orangtua yang negative dan ketidakefektifan koping memerlukan perbaikan melalui konseling, pemeliharaan, atau bahkan psikoterapi yang lama, dan perilaku baru serta model peran yang digabungkan, untuk menghindari pengulangan kesalahan menjadi orangtua dan penyiksaan anak.
(Dongoes, 2002; 404 - 407)

j. Koping Individual Inefektif Resiko Tinggi Terhadap b.d Krisis Maturasional Dari Kehamilan/Mengasuh Anak dan Melakukan Ibu Menjadi Orang Tua, Kerentanan Personal, Ketidakadekuatan Sistem Pendukung, Persepsi Tidak Realitis.

Hasil yang diharapkan :
1) Mengungkapkan ansietas dan respon emosional.
2) Mengidentifikasikan kekuatan individu dan kemampuan koping pribadi.
3) Mencari sumber-sumber yang tepat sesuai kebutuhan.
Tabel 2.11 Rencana Keperawatan Diagnosa Koping Individual Inefektif Resiko Tinggi Terhadap b.d Krisis Maturasional Dari Kehamilan/Mengasuh Anak dan Melakukan Ibu Menjadi Orang Tua, Kerentanan Personal, Ketidakadekuatan Sistem Pendukung, Persepsi Tidak Realitis.

No Intervensi Rasional
1 Kaji respon emosional klien selama prenatal dan periode intrapartum dan persepsi klien tentang penampilannya selama persalinan.




Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif akan peran feminism dan keunikan fugsi feminism serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran anak, menjadi ibu, dan menyusui. Selain itu, klien melepaskan anaknya menghadapi isu-isu ini dalam konteks yag berbeda serta memerlukan dukungan bagi keputusannya.
2 Anjurkan diskusi oleh klien atau pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran. Membantu klien/pasangan bekerja melalui proses dan memperjelas realitas dari pengalaman fantasi.
3 Kaji terhadap gejala depresi yang fana pada hari ke 2 sampai ke 3 pascapartum. Berikan infromasi tentang kenormalan kondisi ini dan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati dan emosi yang labil. Sebanyakl 80% ibu-ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi kecewa setelah melahirkan, mungkin berhubungan dengan factor-faktor genetic, social atau lingkungan, atau respons endokrin fisiologis. Gejala-gejala ini biasanya teratasi secara spontan dalam satu minggu atau setelah pulang. Untuk beberapa bagaimanapun, perasaan awal dari kekecewaan dapat digantikan dengan depresi berlebihan yang disebabkan oleh siklus ansietas, anoreksia, dan kelelahan berlebihan yang mulai segera setelah pulang.
4 Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien,latar belakang budaya, sistem pendukung, dan rencana untuk bantuandomestik pada saat pulang. Membantu dalam mengkaji kemampuan klien untuk mengatasi stress. Kemampuan untuk mengatasi secara positif juga dipengaruhi oleh reaksi ayah. Dukungan emosi dan fisik yang diberikan oleh keluarga besar atau bantuan dari rumah bantuan lainnya dapat mempermudah koping.
5 Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membangun klien mempelajari peran baru dan strategi untuk koping terhdapa bayi baru lahir. Diskusikan respons emosional yang normal yang terjadi setelah pulang. Keterampilan menjadi ibu/orangtua bukan secara insting tetapi harus dipelajari. Penanganan tidur terganggu dan pemenuhan kebutuhan bayi selama 24 jam mungkin sulit, dan strategi koping harus dikembangkan.
6 Evaluasi dan dokumentasikan interaksi klien bayi. Perhatikan aanmya atau tidak adanya perilaku ikatan (kedekatan). Ibu dan bayi sama-sama berpartisipasi dalam proses kedekatan, dan keduanya harus mendapatkan respon penghargaan selama interaksi. Keurangnya kedekatan meternal atau tidak adanya bukti perilaku maternal pada periode pascapartum dapat menimbulkan akibat jangka panjang yang serius.
7 Anjrukan pengungkapan perasaan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu-raguan tentang kemampuan menjadi orang tu, khususnya bila keluarga beresiko tinggi terhadap masalah-masalah menjadi orangtua. Membantu pasangan mengevaluai kekuatan dan area masalah secara realistis dan mengenali kebutuhan terhadap bantuan professional yang tepat.
8 Berikan kesempatan pada klien untuk meninjau ulang keputusan untuk melepaskan anak. Setalah kelahiran,respons emosi normal disertai dengan keputusan-keputusan sebelumnya untuk memberika anak diadopsi. Klien mungkin mengalami konflik serta memerlukan dukungan yang tidak menghakimi untuk memudahkan koping pada saat ini.
9 Rujuk klien.pasangan pada kelompok pendukung menjadivorangtua, pelayanan social, kelompok komuitas, atau pelayanan perawat berkunjung. Kira-kira 40% wanita dengan depresi pascapartum ringan mempunyai gejala-gejala yag menetapa sampai 1 tahun dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.
10 Rujuk klien/pasangan pada penasihat psikiatrik, bila tepat. Dari 1%-2% klien menderita depresi pascapartum berat memerlukan perawatan di rumah sakit untuk psikosis seperti penyimpangan afektif dan skizofrenia.
11 Berikan diazepam (valium), prometasin hidroklorida (Phenergen), atau litium karbonat, sesuai indikasi. Kesulitan berat/lama dapat memerlukan intervesi tambahan. Pemilihan terapioabat tergantung pada apakah kontrol jangka pendek atau jangka panjang diperlukan.
(Dongoes, 2002; 407- 409).


k. Gangguan Pola Tidur b.d Respon Harmonol dan Psikologis, Nyeri atau Ketidaknyaman, Proses Persalinan dan Kelahiran Melelahkan.
Hasil yang diharapkan :
1) Mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan dengan ketiban terhadap anggota baru.
2) Melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat.

Tabel 2.12 Rencana Keperawatan Diangosa Gangguan Pola Tidur b.d Respon Hormonal dan Psikologis, Nyeri atau Ketidaknyamanan, Proses Persalinan dan Kelahirkan Melelahkan.

No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan dan ajenis kelahiran Persalinan yang lama dan sulit,m khususnya bila ini terjadi malam, meningkatkan tingkat kelelahan.
2 Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi istirahat. Organisasikan perawatan untuk meminimalkan gangguan dan memberi instirahat serta periode tidur yang ekstra. Anjurkan untuk mengungkapkan pengalamanb melahirkan. Berikan lingkungan yang tenang. Membantu meningkatkan istirahat dan menurunkan rangsangan. Bila ibu tidak terpenuhi kebutuhan tidurnya, ’lapar tidur’ dapat terjadi, memperpanjang proses perbaikan dari periode pascapartum.
3 Berikan informasi tentang kebutuhan istirahat. Setelah kembali kerumah Rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal serta tidur siang. Membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta mengatasi kelelahan yang berlebihan.

4 Beri informasi tentang efek-efek. kelelahan dan ansietas pada suplai ASI. Kelelahan dapat mempengaruhi suplai ASI, dan penurunan refleksis secara psikologis.
5 Kajian lingkungan rumah, bantuan di rumah, dan adanya subling dan anggota keluarga lain. Multipara dengan baik di rumah memerlukan tidur lebih banyak di rumah sakit untuk mentasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya.
6 Berikan obat-obatan. (mis., analgesik) Memungkinkan diperlukan untuk meningkatkan relaksasi tidur sesuai kebutuhan.
(Dongoes,.2002: 409- 410 )
l. Kurang Pengetahuan b.d Kurang Pemajanan atau Mengingat, Kesalahan Interprestasi, Tidak Mengenal Sumber-Sumber.
Hasil yang diharapkan :
1) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan belajar individu.
2) Melaporkan aktivitas atau prosedur yang perlu dengan benar dan menjelaskan alasan tersebut.
Tabel 2.13 Rencana Keperawatan Diagnosa Kurang Pengetahuan b.d Kurang Pemajanan atau Mengingat Kesalahan Interprestasi, Tidak Mengenal Sumber-Sumber.

No Intervensi Rasional
1 Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan, dan tingkat kelelahan klien. Terdapat hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan tanggung jawab, tugas dan aktifitas-aktifitas perawatan diri/perawatan bayi. Makin lama persalinan, makin negatif persepsi klien tentang kinerja persalinan, dan samkin lama hal tersebut membuat klien memikul tanggung jawab terhadap perawatan dan mensintesa informasi baru serta mempelajari peran-peran baru.
2 Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar. Bantu klien/pasangan dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan. Periode paksa natal merupakan pengalaman positif bila penyuluhan yang tepat diberikan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan ibu, maturasi dan kompetensi. Namun, klien memerlukan waktu untuk bergerak dari fase “taking in” ke “taking hold”, dimana penerima dan kesiapannya ditingkatkan dan ia secara emosional dan secara fisik siap untuk belajar informasi baru untuk memudahkan pelaksanaan peran barunya.
3 Mulai merencanakan penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang distandarisasi atau ceklis. Dokumentasikan informasi yang diberikan dan respons klien Membantu menstandarisasi informasi yang diterima orang tua anggota staf, dan menurunkan kebingungan klien yang disebabkan oleh diseminasi dan masukan informasi yang bertentanga.

4 Berikan informasi tentang peran program latihan pasca partum progresif. Latihan membantu tonus otot dan meningkatan sirkulasi, menghasilkan tubuh yang seimbang, dan meningkatkan perasaan sejahtera secara umum.
5 Berikan informasi tentang keperawatan diri, termasuk perawatan perineal dan higiene; perubahan fisiologis, termasuk kemajuan normal dari rabas lokhia; kebutuhan untuk tidur dan istirahat; perubahan peran; dan perubahan emosional. Biarkan klien mendemontrasikan materi yang dipelajari, bila diperlukan. Membantu mencegah infeksi., mempercepat pemulihan dan penyembuhan, dan berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
6 Diskusi kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasepsi. Pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenai ketersediaan kontrasepsi.
7 Ketersediaan metode, termasuk keuntungan dan kerugian. Kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi bahkan sebelum kunjungan minggu keenam.
8 Beri penguatan pemeriksaan pasca partum minggu keenam dengan pemberian perawatan kesehatan. Kunjungan tindak lanjut perlu untuk mengevaluasi pemulihan organ produktif., penyembuhan insisi/perbaikan episiotomi, kesejahteraan umum,

dan adaptasi terhadap perubahan hidup.
9 Identifikasi masalah-masalah potensial yang memerlukan evaluasi dokter sebelum jadwal kunjungan minggu keenam. (Mis., terjadi perdarahan vagina yang kembli berwarna merah terang, lokhia bau busuk, peninbgkatan suhu malaise, perasaan ansietas/depresi lama). Intervensi lanjut diperlukan sebelum kunjungan minggu keenam untuk mencegah atau meminimalkan potensial komplikasi.
10 Diskusikan perubahan fisik dan psikologis yang normal dan kebutuhan-kebutuhan yang berkenaan dengan periode pascapartum. Status emosional klien mungkin kadang-kadang labil pada saat ini dan sering dipengaruhi oleh kesejahteraan fisik. Antisipasi perubahan ini dpaat menunurunkan stres berkenaan dengan periode transisi ini yang memerlukan peran baru yang dipelajari dan melaksanakan tanggung jawab baru.
11 Identifikasi sumber-sumber yang tersedia. Mis., pelayanan perawat berkunjung, pelayanan kesehatan masyarakat dll. Meningkatkan kemandirian dan memberikan dukungan untuk adaptasi pada perubahan multiple.
(Dongoes. 2002: 410 - 412)

m. Koping Keluarga: Potensial Terhadap Pertumbuhan b.d Kecukupan Pemenuhan Kebutuhan-Kebutuhan Individu dan Tugas-Tugas Adaptif, Kemungkinan Tujuan Aktualisasi Diri Muncul Ke Permukaan.
Hasil yang diharapkan :
1) Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas-tugas yang mengarahkan kepada kerjasama dari anggota keluarga baru.
2) Mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan dengan terbentuknya kemajuan dan adaptasi.



Tabel 2.14 Rencana Keperawatan Diagnosa Koping Keluarga: Potensial Terhadap Pertumbuhan b.d Kecukupan Pemenuhan Kebutuhan-Kebutuhan Individu dan Tugas-Tugas Adaptif, Kemungkinan Tujuan Aktualisasi Diri Muncul Ke Permukaan.

No Intervensi Rasional
1 Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain, tugaskan perawat primer Perawat dapat membantu memberikan pengalaman positif di rumah sakit dan menyiapkan keluarga terhadap pertumbuhan melalui tahap-tahap perkembangan dengan penyertaan tambahan anggota keluarga baru
2 Berikan kesempatan kunjungan dengan tidak dibatasi untuk ayah dan sibling. Pastikan apakah sibling berminat pada program orientasi Memudahkan perkembangan keluarga dan proses terus menerus dari pengenalan dan kedekatan. Membantu anggota keluarga merasa nyaman merawat bayi baru lahir
3 Berikan kelompok dukungan orang tua dan individu atau intruksi kelompok dalam menyusui, perawatan bayi dan perubahan fisik dan emosional selama periode pasca partum Mengungkapkan dan diskusi dalam suatu kelompok membantu mengembangkan ide-ide, kesempatan untuk pemecahan masalah, dan kelompok dukungan. Membantu mengembangkan harga diri positif, penguasaan kenyamanan dan pemahaman peran baru
4 Anjurkan partisipasi seimbang dari orang tua perawatan bayi Fleksibilitas dan sensitisasi terhadap kebutuhan keluarga membantu mengembangkan harga diri dan rasa kompeten dalam perawatan bayi baru lahir setelah pulang
5 Berikan bimbingan antisipasi men genai perubahan emosi normal berkenaan dengan periode pasca partum Membantu menyiapkan pasangan untuk kemungkinan perubahan yang mereka alami, menurunkan stres berkenaan degan ketidaktahuan atau dengan kejadian yang tidak diperkirakan, dan dapat meningkatkan koping positif.
6 Berikan informasi tertulis mengenai buku-buku yang dianjurkan untuk anak-anak tentang bayi baru. Anjurkan sibling untuk mengungkapkan perasaan penggantian atau penolakan. Anjurkan orang tua untuk menyediakan waktu lebih banyak dengan anak yang lebih tua Membantu anak mengidentifikasi dan mengatasi perasaan akan kemungkinan penggantian atau penolakan. Orang tua harus mengetahui bahwa perasaan cemburu adalah normal
7 Anjurkan teman-teman termasuk anak yang lebih tua melakukan aktifitas di luar rumah Anak-anak usia sekolah kemungkinan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap bayi baru lahir, saat pandangan mereka telah meluas sampai meliputi aktifitas kedekatan di luar rumah
8 Kolaborasi:
Rujuk klien/pasangan pada kelompok orang tua pasca partum di komunitas Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang membesarkan anak dan perkembangan anak, dan memberikan atmosfer yang mendukung saat orang tua memerankan peran bar(Dongoes, 2002; 412 - 413)